Ombak tinggi terjadi di pantai Paranggupito, Wonogiri, dalam beberapa
hari ini. Ombak dengan tinggi sekitar tiga meter disertai angin kencang
membuat para nelayan takut melaut.
Alhasil, tangkapan ikan, lobster dan produksi rumput laut menurun. Kepala Dusun Petir, Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito, Sutono mengatakan, angin kencang dan gelombang tinggi sudah berlangsung tiga hari di laut selatan tersebut.
"Tinggi gelombang berkisar 3 - 3,5 meter. Empasan ombak maju ke daratan sampai sepanjang 60 meter di bibir pantai," katanya, Kamis (10/1).
Kondisi itu menyebabkan para nelayan enggan melaut. Demikian pula dengan para nelayan tradisional pencari rumput laut dan pemburu lobster. Mereka tidak berani menjalankan aktivitasnya karena cuaca yang tidak bersahabat.
"Selama angin kencang dan ombak tinggi ini, nelayan libur total," imbuhnya.
Akibatnya, mereka kehilangan pendapatan. Padahal, harga lobster dan rumput laut cukup tinggi. Harga lobster hijau kini mencapai Rp 260.000/kg. Adapun harga lobster merah mencapai Rp 150.000/kg.
Sementara, harga rumput laut jenis kinjeng kini mencapai Rp 7.000/kg, jenis simbar mencapai Rp 5.000/kg, dan jenis ranten mencapai Rp 1.400/kg. Para nelayan sekarang beralih profesi menjadi petani.
"Pencari rumput laut sekarang juga libur karena ombaknya berbahaya. Mereka kehilangan pendapatan tambahan dan sekarang hanya bisa bertani," ujarnya.
Camat Paranggupito, Purwoto mengakui nelayan kini tidak berani melaut. Mereka tidak berani menjalankan perahu, padahal perahunya baru.
"Perahunya baru, sudah diuji coba dan sudah diperiksa. Tetapi dengan kondisi gelombang seperti itu, perahu nelayan tidak berani digunakan," katanya.
Dia menambahkan, angin kencang sebenarnya telah berlangsung beberapa bulan. Akibatnya, nelayan juga berhenti mencari rumput laut. Di Paranggupito, nelayan mencari rumput laut di antara bebatuan pantai, sedangkan pemburu lobster berburu dari tebing-tebing pantai. Sebagian besar dari mereka saat ini memilih bertani untuk menghindari risiko bahaya.
Alhasil, tangkapan ikan, lobster dan produksi rumput laut menurun. Kepala Dusun Petir, Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito, Sutono mengatakan, angin kencang dan gelombang tinggi sudah berlangsung tiga hari di laut selatan tersebut.
"Tinggi gelombang berkisar 3 - 3,5 meter. Empasan ombak maju ke daratan sampai sepanjang 60 meter di bibir pantai," katanya, Kamis (10/1).
Kondisi itu menyebabkan para nelayan enggan melaut. Demikian pula dengan para nelayan tradisional pencari rumput laut dan pemburu lobster. Mereka tidak berani menjalankan aktivitasnya karena cuaca yang tidak bersahabat.
"Selama angin kencang dan ombak tinggi ini, nelayan libur total," imbuhnya.
Akibatnya, mereka kehilangan pendapatan. Padahal, harga lobster dan rumput laut cukup tinggi. Harga lobster hijau kini mencapai Rp 260.000/kg. Adapun harga lobster merah mencapai Rp 150.000/kg.
Sementara, harga rumput laut jenis kinjeng kini mencapai Rp 7.000/kg, jenis simbar mencapai Rp 5.000/kg, dan jenis ranten mencapai Rp 1.400/kg. Para nelayan sekarang beralih profesi menjadi petani.
"Pencari rumput laut sekarang juga libur karena ombaknya berbahaya. Mereka kehilangan pendapatan tambahan dan sekarang hanya bisa bertani," ujarnya.
Camat Paranggupito, Purwoto mengakui nelayan kini tidak berani melaut. Mereka tidak berani menjalankan perahu, padahal perahunya baru.
"Perahunya baru, sudah diuji coba dan sudah diperiksa. Tetapi dengan kondisi gelombang seperti itu, perahu nelayan tidak berani digunakan," katanya.
Dia menambahkan, angin kencang sebenarnya telah berlangsung beberapa bulan. Akibatnya, nelayan juga berhenti mencari rumput laut. Di Paranggupito, nelayan mencari rumput laut di antara bebatuan pantai, sedangkan pemburu lobster berburu dari tebing-tebing pantai. Sebagian besar dari mereka saat ini memilih bertani untuk menghindari risiko bahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar